Jumat, 14 November 2008

Puisi

TAHANAN
Karya: W.S. Rendra

Atas ranjang batu/
Tubuhnya panjang/
Bukit barisan/tanpa bulan/
Dengan mata/sepikan terali//

Di lorong-lorong/
Jantung matanya/
Para pemuda/bertangan merah/
Serdadu-serdadu Belanda/rebah//

Di mulutnya menetes/
Lewat mimpi/
Darah di cawan tembikar/
Dijelmakan/satu senyum/
Barat di perut gunung/
Para pemuda/bertangan merah/
Adik lelaki/neruskan dendam//

Dini hari bernyanyi/
Di luar dirinya/
Anak lonceng/
Menggeliat enam kali/
Di perut ibunya/
Mendadak/dipejamkan matanya//

Sipir memutar kunci selnya/dan berkata/
-He, pemberontak/
Hari yang berikut/bukan milikmu!//

Diseret di muka peleton algojo/
Ia meludah/tapi tak dikatakannya/
-Semalam/kucicip sudah/
Betapa lezatnya/madu darah//

Dan tak pernah didengarnya/
Enam pucuk senapan/
Meletus bersama//


Pesan Pengarang: Beliau menyampaikan tentang cerita siksaan para terpidana mati di zaman Belanda dulu dan ingin mengutarakan betapa pedihnya siksaan tersebut. Orang yang dimaksud hanya menunggu waktu untuk dihukum mati.

1 komentar:

Rasyarasya mengatakan...

aduh belom selesai, ntar dilanjutin